Jumat, 29 Oktober 2010

Doa Agar Terhindar dari Musibah Agama



"Ya Allah, karunikanlah untuk kami rasa takut kepadaMu yang dapat menghalangi kami dari bermaksiat kepada-Mu, dan (karuniakanlah untuk kami) ketaatan kepada-Mu yang dapat menyampaikan kami kepada surga-Mu, serta (karuniakanlah untuk kami) keyakinan hati yang dapat meringankan kami dari berbagai cobaan dunia. Jadikankan kami bisa menikmati dan memanfaatkan pendengaran, penglihatan, dan kekuatan kami selama kami hidup. Dan jadikan semua itu sebagai pewaris bagi kami (tetap ada pada kami sampai kematian). Jadikanlah kemarahan dan balas dendam kami hanya kepada orang-orang yang menganiaya kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang memusuhi kami. (Ya Allah) Janganlah Engkau jadikan musibah kami adalah yang terjadi pada dien kami, dan janganlah Engkau jadikan dunia sebagai tujuan terbesar kami dan puncak dari ilmu kami, dan janganlah Engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami."
Dasar doa di atas
Doa di atas didasarkan pada hadits Ibnu Umar radliyallahu 'anhuma yang menyatakan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah bangkit dari majelisnya sehingga beliau mendoakan para sahabatnya yang ada di situ dengan doa di atas. (HR. Al-Tirmidzi dalam Sunannya no. 3502, al-Nasai dalam 'Amal al-Yaum wa al-Lailah no. 402, Al-Hakim 1/528, Al-Baghawi no. 1374 dari hadits Ibnu Umar. Imam al-Tirmidzi mengatakan hasan Gharib. Syaikh Al-Albani menghassankan haidts ini dalam Shahih al-Jami' al-Shaghir no. 1268)
Karenanya, menurut penuturan Nafi' (salah seorang perawi), apabila Ibnu Umar duduk dalam sebuah majelis, beliau tidak bangkit dari situ sehingga beliau mendoakan para sahabatnya dengan doa  di atas. Beliau meyakini bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu mendoakan para ahli majelisnya dengan doa tersebut. (HR. Al-Nasai dalam al-Sunan al-Kubra no. 10243)
Kandungan doa
Doa di atas termasuk Jawami' al Kalim, kalimat ringkas yang memiliki makna luas, dalam dan sangat jelas sebagai bukti nyata kenabian beliau. Dan ini menjadi keistimewaan beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Di antara kandungan dari doa ini adalah:
1. Meminta kepada Allah agar dikaruniakan rasa takut kepada-Nya yang bisa membentengi diri dari kemaksiatan. Karena jika hati sudah dipenuhi rasa takut kepada Allah pasti akan mencegah seluruh anggota badan dari kemaksiatan-kemaksiatan.
2. Meminta kepada Allah agar dikaruniakan qudrah (kemampuan) dan taufiq untuk melaksanakan ketaatan. Karena ada sebagian orang memiliki kekuatan tapi tidak mendapat taufiq (Allah tidak menyetujuinya untuk melaksanakan ketaatan tersebut) pasti dia tidak akan pernah melaksanakannya. Sebaliknya ada orang yang sudah memiliki kemauan untuk menjalankan kebaikan, namun  Allah tidak menghendakinya dengan memberikan kelemahan, sakit, atau kemiskinan sehingga dia tidak bisa menjalankannya. Karenanya, kita memohon kepada Allah agar diberi keduanya sehingga bisa melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Sehingga dengan itu bisa menghantarkan kita kepada surga-Nya. Karena surga tidak bisa diperoleh hanya dengan angan-angan semata tanpa aplikasi nyata (QS. Al-Nisa: 123-124).
3. Memohon kepada Allah agar dikaruniakan keyakinan kepada takdir-Nya, bahwa tidak ada yang bisa lepas dari ketetapan-Nya. Yaitu dengan meyakini bahwa tidak ada yang menimpa kita kecuali apa yang sudah Dia tetapkan atas kita dalam catatan di Lauhul Mahfudz. Sedangkan seluruh ketetapan Allah pasti mengandung hikmah dan maslahat, dibalik semua itu terdapat pahala yang besar. Dengan ini, kita akan semakin ringan dalam menghadapi berbagai musibah dunia sehingga tidak larut dalam kesedihan ketika tertimpa musibah atau kehilangan sesuatu yang berharga dari kekayaan dunia. Bahkan sebaliknya, kita jadikan musibah tersebut sebagai ladang memanen pahala dan keridlaan Allah.
Dalam penuturan Ibnu Rajab, dengan keyakinan ini, seorang hamba lebih menyukai pahala dalam musibah dunianya berupa kehilangan harta, anak atau yang lainnya daripada semua itu tetap utuh pada dirinya. Dan itu menjadi tanda jelas kezuhudan hidup di dunia dan tidak banyak berharap kepadanya. Ali bin Abi Thalib pernah berkata, "Siapa yang hidup zuhud di dunia, maka berbagai musibah akan terasa ringan baginya." (Jami' al-Ulum wa al-Hikam, syarah hadits ke 31)
4. Memohon kepada Allah agar tidak menjadikan musibah yang Dia tetapkan bagi kita adalah musibah yang menimpa agama kita, yaitu musibah yang mengurangi kualitas iman kita berupa keyakinan yang batil dan rusak, memakan yang haram, berhenti dari amal ketaatan dan terjerumus dalam kemaksiatan-kemaksiatan, tidak bersyukur ketika mendapat nikmat, dan tidak sabar tatkala menghadapi musibah, serta lainnya.
Sesungguhnya musibah terbesar yang menimpa hamba adalah musibah yang  menimpa agamanya, musibah meninggalkan ketaatan, musibah terjerumus ke dalam kemaksiatan, musibah kerasnya hati, dan putus hubungan dengan Allah. Dan musibah ini jauh lebih dahsyat daripada musibah kehilangan istri, harta, dan anak. Bahkan hilangnya seluruh dunianya dirasa lebih ringan daripada yang menimpa agamanya. Kenapa bisa seperti itu? Karena agama adalah kekayaan yang paling mahal dan berharga bagi seorang mukmin. Karena dengan agama, dia akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan menjadi sebab keselamatan pada hari yang tidak bermanfaat lagi harta dan anak.
Bahkan hilangnya seluruh dunianya dirasa lebih ringan daripada yang menimpa agamanya.
Karena dengan agama, dia akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan menjadi sebab keselamatan pada hari yang tidak bermanfaat lagi harta dan anak.

Bukti lain bahwa Dien (agama) adalah harta kekayaannya yang termahal. adalah diharamkannya mengangankan dan meminta kematian kecuali ketika khawatir agama terfitnah. Hal itu tidak lain karena dien seorang mukmin lebih mahal baginya daripada nyawanya.
Al-Qadli Syuraih mengatakan, "Sesungguhnya jika aku ditimpa musibah maka aku ucapkan Alhamdulillah empat kali; 1) Aku memuji-Nya karena musibah itu tidak lebih buruk dari yang telah terjadi, 2) aku memuji-Nya ketika Dia memberikan aku kesabaran menghadapinya, 3) aku memuji-Nya karena membuatku mampu mengucapkan kalimat istirja (Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun) berharap akan pahala yang besar, dan 4) aku memuji-Nya karena Dia tidak menjadikannya sebuah musibah dalam agamaku."
5. Kewajiban menjaga dien (agama). Karenanya kita diperintahkan agar tetap teguh dalam medan jihad dan dilarang keras lari darinya. Sebagaimana diketahui bahwa jihad bisa menyebabkan hilangnya nyawa, walau demikian dia tetap teguh dan tidak lari (kabur). Karena dalam jihad, agamanya akan mulia walaupun dia harus membayar harganya dengan nyawanya. Karena baginya, Islamnya lebih mahal daripada nyawanya.
Karena dalam jihad, agamanya akan mulia walaupun dia harus membayar harganya dengan nyawanya. Karena baginya, Islamnya lebih mahal daripada nyawanya.
6. Memohon agat tidak dijadikan dunia sebagai puncak tujuan hidup sehingga larut dalam kesedihan ketika dunia luput darinya. Sebaliknya memohon kepada Allah agar dijadikan puncak tujuan hidup adalah akhirat sehingga kesedihan hadir tatkala amal akhirat melemah atau maksiat meningkat.
7. Memohon agar jangan sampai ilmu dan pikiran kita habis untuk memikirkan urusan dunia. Tapi mohon agar kita dijadikan orang yang selalu berfikir untuk kebaikan akhirat, bersemangat mendalami ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Allah Ta'ala dan negeri akhirat.
Kita memohon agar jangan sampai ilmu dan pikiran kita habis untuk memikirkan urusan dunia. Tapi mohon agar kita dijadikan orang yang selalu berfikir untuk kebaikan akhirat, . .
8. Memohon agar jangan dijadikan sebagai umat yang dikalahkan dan dikuasai orang-orang kafir dan orang-orang dzalim. Juga memohon agar Allah tidak menjadikan orang-orang dzalim sebagai penguasa atas kita, karena pemimpin yang dzalim tidak akan mengasihi rakyatnya. Wallahu a'lam . . (PurWD/voa-islam.com)
Oleh: Badrul Tamam

Tidak ada komentar: