Jumat, 29 Oktober 2010

Renungan Budaya Untuk Generasi Mendatang

Oleh: Idi Subandy Ibrahim

KEBUDAYAAN sebuah bangsa tidak pernah statis. Ia senantiasa dinamis dan beradaptasi secara dialektis dan kreatif dengan dinamika masyarakat. Adakalanya ia memengaruhi, juga sebaliknya, dipengaruhi masyarakatnya. Kebudayaan mengalir dalam gerak saling-pengaruh yang tanpa akhir dalam denyut nadi kehidupan. Terkadang arusnya kecil, terkadang besar, bahkan ia bisa menjadi gelombang besar yang memengaruhi kesadaran dan laku kita. Kalau kini orang berbicara tentang krisis masyarakat yang mendalam, bukankah ia juga berbicara tentang krisis budaya, krisis nilai, krisis kehidupan itu sendiri....

Lantas, 60 tahun setelah kita merdeka adakah capai-capaian budaya membanggakan yang kita raih? Ataukah malah krisis budaya benar-benar telah mengempaskan kita ke keterpurukan ekonomi dan ke ketertinggalan kematangan sosial politik yang amat memilukan?
Selama ini budaya atau kebudayaan terlalu sering dibicarakan dalam tema-tema besar yang serbaabstrak. Seperti dalam pidato-pidato kebudayaan yang menuntut refleksi yang dalam dan kecerdasan nalar-logika yang rumit. Tentu saja ruang-ruang perenungan budaya seperti ini penting.
Tapi, sesungguhnya untuk saat ini yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana kita memandang budaya dengan sederhana. Budaya kita lihat saja dalam kecenderungan sikap, laku, tindak, dan tutur kata kita sehari-hari yang amat kasat mata. Katakanlah, mengikuti istilah pemikir budaya mutakhir, sebagai budaya kehidupan sehari-hari (culture of everyday life).

 

Pemikiran kritis


Hingga kini begitu banyak pemikiran kritis yang lahir dari perenungan yang dalam dan tulus untuk berbicara tentang budaya dan masyarakat Indonesia. Pandangan itu sering sangat kritis terhadap budaya dominan, sehingga tak jarang cukup mencerahkan. Sayang, setelah pemikiran itu dilontarkan, lantas disambut dan diperdebatkan dengan hangat, kemudian dilupakan begitu saja, seakan lenyap ditelan arus sejarah.

Sebutlah beberapa saja. Tahun 70-an Mochtar Lubis misalnya sudah berbicara sangat keras tentang wajah tak keruan manusia Indonesia. Dengan wajah muram manusia Indonesia yang ciri-ciri pribadinya berkeping-keping (munafik, feodal, percaya tahayul, punya watak yang lemah, dan cenderung boros), Mochtar Lubis khawatir bangsa kita akan tertinggal jauh, dan lebih celaka lagi akan jadi korban dalam percaturan dunia.
Tak heran kalau Koentjaraningrat mengingatkan tentang perlunya perubahan mentalitas masyarakat Indonesia agar bisa menjadi bangsa yang maju. Dan, Umar Kayam tak bosan berbicara tentang pentingnya transformasi budaya kita untuk menyingkirkan budaya feodal dan birokratis dalam laku elite politik (pegawai negeri dan politisi) dan masyarakat umum.

Sementara itu, Taufik Abdullah memperkenalkan sebuah rumusan yang bagus menyangkut kemiskinan budaya wacana elite politik, yang disebutnya "spiral kebodohan yang menukik ke bawah". Kebodohan yang dibalas dengan kebodohan akan melahirkan kebodohan baru. Bukankah pernyataan bodoh seorang elite politik yang ditanggapi dengan pernyataan bodoh pula oleh elite politik yang lain, begitu sering kita saksikan di media. Pernyataan itu hanya melahirkan kebodohan baru. Akhirnya menciptakan semacam spiral kebodohan yang terus menukik ke bawah.

Lebih dalam lagi Soedjatmoko mengingatkan tentang ancaman kemanusiaan, berupa kemiskinan, ledakan penduduk, degradasi lingkungan global yang dampaknya akan dirasakan bangsa Indonesia di abad ke-21. Ia juga menyebut munculnya fenomena "masyarakat stres", "masyarakat sakit", yang ditandai oleh sakit mental, kekerasan, dan penyalahgunaan obat dan kenakalan remaja. Maka tak heran kalau Soetardji Calzoum Bachri mengajak bangsa kita dengan lantang: "Wahai bangsaku/ Keluarlah engkau dari kamus kehancuran ini/ Cari kata/ Temukan ucapan/ Sebagaimana dulu para pemuda menemukan kata dalam sumpah mereka." Senada dengan Sartono Kartodirdjo yang mengumandangkan tentang pentingnya kesadaran sejarah dalam proses pendidikan bangsa. Dan, Kuntowijoyo mengajukan pentingnya transendensi dan humanisasi untuk melawan politisisasi, sekularisasi, dan komersialisasi budaya.

Persoalan krusial dan skenario ke depan

Apa yang menjadi imbauan atau bahkan kekhawatiran para pemikir budaya tersebut tak lain adalah implikasi dari adanya arus besar yang memengaruhi kehidupan dan membentuk budaya masyarakat mutakhir. Di satu sisi, ia bersumber dari dalam, berupa feodalisme dan di sisi lain, ia datang dari luar, dari konsekuensi-konsekuensi globalisasi dan transnasionalisasi nilai-nilai yang datang dari seluruh sudut dunia via media massa. Atau, baik itu dari gejala sekularisme yang merembesi segenap ranah-ranah religiusitas manusia modern, sehingga dianggap sebagai ancaman bagi nilai-nilai-agama tradisional maupun dari nilai kapitalisme masyarakat konsumen yang menyebabkan berlangsungnya proses komodifikasi semua ranah kehidupan.

Nilai-nilai ini dipandang ikut membentuk selera, laku, dan bahkan kesadaran kita. Kini nilai-nilai ini terus meresap, menjadi semacam kekuatan budaya yang membentuk bawah-sadar kehidupan manusia modern. Mulai dari cara kita memilih letak rumah, jenis kendaraan, merek busana, tempat hiburan, acara TV, figur anutan, penggunaan uang yang kita peroleh, pemanfaatan waktu luang, hingga cara kita bercinta dan menjalani serta memandang kehidupan sehari-hari. Semuanya tak lain dari adanya konstruksi nilai dan budaya yang membentuk kesadaran kita.

Di tengah kepungan nilai-nilai itu, bangsa kita justru berhadapan dengan masalah besar dan krusial yang menghadang. Persoalan kemiskinan, penyakit (biologis, psikologis, dan sosial), kebodohan, kekerasan, ketidakpedulian (I don't care!), pencemaran lingkungan, masih menjadi persoalan keseharian yang kasat mata yang masih memerlukan tidak hanya pemikiran budaya, tapi juga laku budaya sehar-hari yang lebih mampu membebaskan dan memberdayakan kita dari berbagai krisis sosial, ekonomi, politik yang mengimpit. Laku dan kesadaran budaya yang beberapa di antaranya akan disorot di bawah ini perlu segera dikembangkan untuk melawan kecenderungan laku budaya dominan yang seakan sudah menjadi bagian hidup sehari-hari.
Kita sebut saja budaya itu sebagai "10 Sikap dan Kesadaran Budaya Negatif" yang harus disingkirkan dengan membangun "10 Sikap dan Kesadaran Budaya Positif" yang menjadi budaya alternatif yang harus terus dipupuk di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di tempat ibadah, di jalan-jalan, dan di semua ruang kehidupan sehari-hari.

Pertama, budaya feodal lawan budaya egaliter.
Budaya feodalisme yang menghambat kemajuan harus dilawan dengan sikap dan kesadaran budaya egaliter. Sikap egaliter menempatkan manusia pada posisi setara, tanpa memandang status yang diperoleh karena keturunan, kekayaan, jabatan, pendidikan, suku, ras, atau agama. Sikap hidup yang memandang semua orang sama akan menjadi budaya pendukung nilai-nilai demokrasi dan semangat masyarakat madani. Kita harus mengembangkan pendidikan budaya sejak dini kepada anak-anak agar tumbuh sikap budaya egaliter yang menghargai sesama manusia.

Kedua, budaya instan lawan budaya kerja keras.
Budaya instan yang mengganggap bahwa bahagia, kekayaan, sukses, dan prestasi bisa diraih seperti membalik telapak tangan, juga harus dilawan dengan budaya yang memandang bahwa semua itu harus diraih dengan keringat dan air mata. Budaya-budaya yang menggampangkan penyelesaian persoalan dengan cara potong kompas dalam kehidupan sehari-hari mesti dilawan dengan cara-cara yang lebih beradab. Prestasi yang diraih dengan kerja keras harus diberi penghargaan secara layak dan harus diciptakan mekanisme penilaian untuk orang-orang yang meraih prestasi dengan kerja keras. Kita harus menanamkan pendidikan budaya yang memberi pengertian kepada anak-anak agar korupsi, perilaku tidak jujur, komersialisasi jabatan, sampai jual beli gelar aspal, plagiat, atau mencontek adalah contoh budaya instan yang tidak layak diberi tempat dalam masyarakat. Karena kita hanya menghargai orang yang bekerja keras.

Ketiga, budaya kulit lawan budaya isi.
Budaya kulit atau tampilan luar dalam kehidupan memang penting. Untuk menjaga citra diri atau image seseorang, banyak cara yang bisa ditempuh. Ada orang yang memamerkan kekayaan, ada yang menunjukkan kepintaran, ada juga yang unjuk kekuatan dan kekuasaan. Show kemewahan sudah menjadi bagian dari gaya hidup kaum aristokrat sejak dulu. Sekarang banyak orang kaya baru (OKB) yang tidak malu-malu menunjukkan dirinya kaya dan saleh. Untuk itu, orang menggunakan simbol-simbol kesuksesan dan kesalehan dengan berbagai cara. Persoalan muncul kalau orang biasa memakai topeng kulit seperti itu. Pasalnya iklan dan sinetron tak hentinya mengajarkan bahwa budaya kulit lebih hebat dari budaya isi.
Kita ingin menanamkan kepada anak-anak sejak dini bahwa budaya isi, substansi jauh lebih penting dari budaya kulit. Bukan kita iri atau cemburu dengan orang sukses dan kaya. Bukan! Kita ingin agar kekayaan dan kesuksesan mereka lebih bermakna bagi kehidupan banyak orang. Kita merindukan kesejahteraan yang lebih merata. Kita ingin mengetuk kesadaran orang yang gandrung budaya kulit agar mulai menyelami budaya isi, untuk menyelami hakikat kehidupan itu sendiri.

Keempat, budaya penampilan lawan budaya hidup sederhana.
Budaya penampilan, asal kelihatan keren, kece, dan hebat, juga menjadi bagian dari kehidupan kita. Tak banyak orang sekarang yang mau dan berani tampil lebih sederhana dari penghasilannya. Bahkan tak jarang orang sudah menghabiskan penghasilannya sebelum penghasilan itu menjadi haknya. Kita menyebut budaya kredit dan budaya utang kini sudah menjadi bagian dari gaya hidup kita bahkan sudah menjadi darah daging dan daya hidup pemerintah kita (ingat utang luar negeri!).
Kita akan sulit atau mungkin terasing di tengah-tengah tetangga, keluarga atau kolega kalau kita berpenampilan sederhana. Kebersahajaan --sebagai pilihan sikap dan gaya hidup alternatif-- menjadi barang langka atau bahkan semacam kemewahan tak terjangkau di tengah hutan lebat gemerlap gaya hidup. Di kantor, pakaian Anda yang dinilai tidak modis dan stylist akan dikomentari, "Masak dari dulu hanya pakai yang itu-itu." Kamu tidak akan kelihatan sukses dan membanggakan keluarga kalau kamu tidak mengenderai kendaraan terkini. Kamu akan lebih keren kalau kamu memakai HP keluaran mutakhir, model anu dengan penampilan gress. Ongkos penampilanmu akan terus menyedot sakumu.
Setiap hari anak-anak kita dikhotbahi oleh pesan-pesan iklan dan sinetron padat gaya hidup agar mereka memuja budaya penampilan. Di masa depan kita ingin agar anak-anak kita menjadi lebih sederhana dari kita, sekalipun kita tetap berusaha agar mereka jauh lebih sukses dan bahagia dari kita.

Kelima, budaya boros lawan budaya hemat.
Budaya kulit atau budaya penampilan jelas telah menjadikan budaya boros begitu telanjang di pelupuk mata. Kita jarang berpikir jangan-jangan perilaku dan gaya hidup serbaboros sudah mendarah daging dalam kehidupan kita. Cobalah simak di kantor, di jalan, atau di rumah kita. Bagaimana kita menggunakan listrik, air, atau pulsa telefon (khususnya HP). Kalau dulu orang tua memberi anak uang bisa ditabung atau dibelikan emas. Sekarang begitu banyak orang tua yang menganggarkan uang pulsa bulanan buat si buah hatinya. Di zaman teknologi komunikasi serbacanggih, budaya ngerumpi dan omongan remeh-temeh bisa menghamburkan uang ratusan ribu bahkan jutaan perbulan.
Mulai sekarang kita harus menanamkan kesadaran di kalangan anak muda bahwa budaya hemat adalah bagian dari perilaku hidup sehat dan beradab yang harus dikembangkan. Kepada generasi muda, misalnya, perlu kita sebarkan ungkapan, "Save water and electricity!" atau "Hemat air dan listrik demi generasi mendatang!". Bila perlu harus kita pasang di pintu-pintu rumah kita. Kita harus berpikir bahwa masih banyak orang yang belum memperoleh penerangan yang layak dan air bersih yang wajar sebagaimana yang kita nikmati. Masih banyak bencana kekeringan dan kelaparan yang menyebabkan nestapa kemanusiaan. Kita ingin budaya hidup hemat menjadi pesan kemanusiaan yang bermakna bagi generasi mendatang. Seruan lirih Mahatma Gandhi terdengar pas, "Earth provides enough for everyone's need, but not for everyman's greed."

Keenam, budaya apati lawan budaya empati.
Dengan kesadaran demikian pula kita ingin membuat sikap masa bodoh atau apati yang membuat kita menutup mata terhadap persoalan di sekitar kita segera diganti oleh tumbuhnya generasi yang berkesadaran empatik. Budaya empatik menumbuhkan kepedulian dan kesadaran untuk mendengar terhadap keluhan orang lain atau penderitaan sesama. Generasi empatik adalah generasi yang bisa hidup dalam semangat untuk memberi kepada yang tidak mampu dan menyuarakan persoalan publik serta membebaskan yang tertindas. Kita ingin menumbuhkan budaya empati justru di tengah-tengah sikap masa bodoh atau ketidakpedulian yang sering mewarnai budaya kita sehari-hari.

Ketujuh, budaya konsumtif lawan budaya produktif.
Budaya yang hanya bisa memakai, menghabiskan waktu dan uang yang tak bermanfaat, harus dilawan dengan budaya yang lebih memberikan hal-hal yang bermanfaat dalam kehidupan. Kalau sekarang kita hanya menjadi masyarakat pemakai (pemakai barang produk luar negeri, konsumen pemikiran, dan gaya hidup asing), di masa depan konstruksi budaya yang paling berat dan krusial adalah bagaimana membuat bangsa ini menjadi bangsa yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan dan kemanusiaan. Tantangan pendidikan kita adalah bagaimana menjadikan generasi konsumtif berubah menjadi generasi produktif. Generasi yang tidak hanya menjadi pengguna atau konsumen, tapi menjadi produsen bagi bangsanya bahkan bagi luar negeri. Ini tidak boleh tidak memerlukan semacam revolusi kesadaran yang menuntut pendidikan sumber daya manusia yang sistematis dan terprogram.

Kedelapan, budaya bersih lawan budaya sampah.
Sampah akan menjadi persoalan urban yang pelik kalau kita tidak mencari solusi yang lebih terpadu dalam pembangunan dan penataan kota di masa depan. Kita sekarang hidup dalam "masyarakat serba membuang"; beli, pakai sekali, setelah itu buang. Untuk itu kita harus menanamkan budaya bersih sejak dini dalam lingkungan keluarga, tetangga, masyarakat luas, terutama di pasar dan pertokoan, perkantoran, terminal, stasiun, pelabuhan dan lapangan terbang, jalan-jalan dan fasilitas umum harus memperhatikan masalah penanganan sampah secara serius. Budaya membuang sampah sembarangan harus mendapatkan ganjaran yang keras kalau perlu jerat hukum. Dan, kebiasaan membuang sampah pada tempat yang disediakan secara khusus sudah harus ditanamkan sejak dini hingga di masa kanak-kanak, di ruang keluarga Indonesia. Ingatlah sampah akan menjadi ancaman serius karena bukankah setiap orang menghasilkan sampah?

Kesembilan, budaya antre lawan budaya terabas.
Kebiasaan antre juga harus dikampanyekan dan dimasyarakatkan di tempat-tempat milik publik. Kita harus menjadi bangsa yang beradab, jangan asal terabas. Budaya terabas menyebabkan munculnya korupsi dan membuat kita tidak sabaran di jalan. Budaya antre menghargai keteraturan yang tidak dipaksakan, tapi tumbuh dari kesadaran penghargaan terhadap orang lain. Kita hanya mendahulukan orang tua, orang sakit, atau orang hamil. Kita harus mempraktikkan kepada anak-anak sejak dini tentang pentingnya budaya antre dalam masyarakat sibuk seperti sekarang ini.

Kesepuluh, budaya kompetisi lawan budaya kerja sama.
Kita perlu berkompetisi, asal kompetisi itu sehat dan fair, karena kita ingin yang terbaiklah yang muncul sebagai pemimpin atau pemenang. Kita harus menanamkan budaya menerima kekalahan secara fair dan menghargai prestasi orang lain agar kehidupan berjalan sehat. Ini baik dalam pendidikan, juga dalam demokrasi. Kalau kita sulit membangun budaya kompetisi, kita harus mulai berpikir bagaimana membangun budaya kerja sama. Kita sudah lama larut dalam klik-klik kepentingan picik golongan, bahkan kita sudah jauh masuk dalam keretakan kehidupan kebangsaan, dan melemahnya kohesivitas sosial. Kita ingin budaya kerja sama hidup kembali di kalangan anak-anak muda dan generasi yang akan datang. Bukankah persoalan kemanusiaan dan kebangsaan yang pelik hanya bisa dipecahkan bersama. Kita hanya bisa menghilangkan sikap individualis, egoistik, dan merasa benar sendiri, bila kita terbiasa bekerja sama, karena kita akan semakin rendah hati menerima berbagai kemungkinan dari orang lain yang berbeda dari kita.

Akhirnya, kita harus membuat skenario budaya ini agar bisa berjalan dari hal-hal kecil kehidupan kita sehari-hari. Kita ingin generasi di masa datang berubah wajah dari generasi yang serba dipolitisasi dan dikomersialkan menjadi generasi yang lebih beradab, civilized generation. Karena itu kita harus merancang desain budaya dan kesadaran masyarakat kita dari politicized and commercialized society menjadi civilized society. Saya yakin kalau kita mulai menjalankan salah satu saja dari "10 Sikap dan Kesadaran Budaya Positif" tersebut, kita mulai ikut meretas jalan untuk membangun masyarakat lebih beradab. Jalan memang masih panjang dan berliku. Tapi, bukankah seperti senandung dari lirik lagu Lionel Richie, "We can save the world if we try...."*** 

Penulis, Konsultan komunikasi dan peneliti media serta kebudayaan pop.

Doa Agar Terhindar dari Musibah Agama



"Ya Allah, karunikanlah untuk kami rasa takut kepadaMu yang dapat menghalangi kami dari bermaksiat kepada-Mu, dan (karuniakanlah untuk kami) ketaatan kepada-Mu yang dapat menyampaikan kami kepada surga-Mu, serta (karuniakanlah untuk kami) keyakinan hati yang dapat meringankan kami dari berbagai cobaan dunia. Jadikankan kami bisa menikmati dan memanfaatkan pendengaran, penglihatan, dan kekuatan kami selama kami hidup. Dan jadikan semua itu sebagai pewaris bagi kami (tetap ada pada kami sampai kematian). Jadikanlah kemarahan dan balas dendam kami hanya kepada orang-orang yang menganiaya kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang memusuhi kami. (Ya Allah) Janganlah Engkau jadikan musibah kami adalah yang terjadi pada dien kami, dan janganlah Engkau jadikan dunia sebagai tujuan terbesar kami dan puncak dari ilmu kami, dan janganlah Engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami."
Dasar doa di atas
Doa di atas didasarkan pada hadits Ibnu Umar radliyallahu 'anhuma yang menyatakan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah bangkit dari majelisnya sehingga beliau mendoakan para sahabatnya yang ada di situ dengan doa di atas. (HR. Al-Tirmidzi dalam Sunannya no. 3502, al-Nasai dalam 'Amal al-Yaum wa al-Lailah no. 402, Al-Hakim 1/528, Al-Baghawi no. 1374 dari hadits Ibnu Umar. Imam al-Tirmidzi mengatakan hasan Gharib. Syaikh Al-Albani menghassankan haidts ini dalam Shahih al-Jami' al-Shaghir no. 1268)
Karenanya, menurut penuturan Nafi' (salah seorang perawi), apabila Ibnu Umar duduk dalam sebuah majelis, beliau tidak bangkit dari situ sehingga beliau mendoakan para sahabatnya dengan doa  di atas. Beliau meyakini bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu mendoakan para ahli majelisnya dengan doa tersebut. (HR. Al-Nasai dalam al-Sunan al-Kubra no. 10243)
Kandungan doa
Doa di atas termasuk Jawami' al Kalim, kalimat ringkas yang memiliki makna luas, dalam dan sangat jelas sebagai bukti nyata kenabian beliau. Dan ini menjadi keistimewaan beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Di antara kandungan dari doa ini adalah:
1. Meminta kepada Allah agar dikaruniakan rasa takut kepada-Nya yang bisa membentengi diri dari kemaksiatan. Karena jika hati sudah dipenuhi rasa takut kepada Allah pasti akan mencegah seluruh anggota badan dari kemaksiatan-kemaksiatan.
2. Meminta kepada Allah agar dikaruniakan qudrah (kemampuan) dan taufiq untuk melaksanakan ketaatan. Karena ada sebagian orang memiliki kekuatan tapi tidak mendapat taufiq (Allah tidak menyetujuinya untuk melaksanakan ketaatan tersebut) pasti dia tidak akan pernah melaksanakannya. Sebaliknya ada orang yang sudah memiliki kemauan untuk menjalankan kebaikan, namun  Allah tidak menghendakinya dengan memberikan kelemahan, sakit, atau kemiskinan sehingga dia tidak bisa menjalankannya. Karenanya, kita memohon kepada Allah agar diberi keduanya sehingga bisa melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Sehingga dengan itu bisa menghantarkan kita kepada surga-Nya. Karena surga tidak bisa diperoleh hanya dengan angan-angan semata tanpa aplikasi nyata (QS. Al-Nisa: 123-124).
3. Memohon kepada Allah agar dikaruniakan keyakinan kepada takdir-Nya, bahwa tidak ada yang bisa lepas dari ketetapan-Nya. Yaitu dengan meyakini bahwa tidak ada yang menimpa kita kecuali apa yang sudah Dia tetapkan atas kita dalam catatan di Lauhul Mahfudz. Sedangkan seluruh ketetapan Allah pasti mengandung hikmah dan maslahat, dibalik semua itu terdapat pahala yang besar. Dengan ini, kita akan semakin ringan dalam menghadapi berbagai musibah dunia sehingga tidak larut dalam kesedihan ketika tertimpa musibah atau kehilangan sesuatu yang berharga dari kekayaan dunia. Bahkan sebaliknya, kita jadikan musibah tersebut sebagai ladang memanen pahala dan keridlaan Allah.
Dalam penuturan Ibnu Rajab, dengan keyakinan ini, seorang hamba lebih menyukai pahala dalam musibah dunianya berupa kehilangan harta, anak atau yang lainnya daripada semua itu tetap utuh pada dirinya. Dan itu menjadi tanda jelas kezuhudan hidup di dunia dan tidak banyak berharap kepadanya. Ali bin Abi Thalib pernah berkata, "Siapa yang hidup zuhud di dunia, maka berbagai musibah akan terasa ringan baginya." (Jami' al-Ulum wa al-Hikam, syarah hadits ke 31)
4. Memohon kepada Allah agar tidak menjadikan musibah yang Dia tetapkan bagi kita adalah musibah yang menimpa agama kita, yaitu musibah yang mengurangi kualitas iman kita berupa keyakinan yang batil dan rusak, memakan yang haram, berhenti dari amal ketaatan dan terjerumus dalam kemaksiatan-kemaksiatan, tidak bersyukur ketika mendapat nikmat, dan tidak sabar tatkala menghadapi musibah, serta lainnya.
Sesungguhnya musibah terbesar yang menimpa hamba adalah musibah yang  menimpa agamanya, musibah meninggalkan ketaatan, musibah terjerumus ke dalam kemaksiatan, musibah kerasnya hati, dan putus hubungan dengan Allah. Dan musibah ini jauh lebih dahsyat daripada musibah kehilangan istri, harta, dan anak. Bahkan hilangnya seluruh dunianya dirasa lebih ringan daripada yang menimpa agamanya. Kenapa bisa seperti itu? Karena agama adalah kekayaan yang paling mahal dan berharga bagi seorang mukmin. Karena dengan agama, dia akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan menjadi sebab keselamatan pada hari yang tidak bermanfaat lagi harta dan anak.
Bahkan hilangnya seluruh dunianya dirasa lebih ringan daripada yang menimpa agamanya.
Karena dengan agama, dia akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan menjadi sebab keselamatan pada hari yang tidak bermanfaat lagi harta dan anak.

Bukti lain bahwa Dien (agama) adalah harta kekayaannya yang termahal. adalah diharamkannya mengangankan dan meminta kematian kecuali ketika khawatir agama terfitnah. Hal itu tidak lain karena dien seorang mukmin lebih mahal baginya daripada nyawanya.
Al-Qadli Syuraih mengatakan, "Sesungguhnya jika aku ditimpa musibah maka aku ucapkan Alhamdulillah empat kali; 1) Aku memuji-Nya karena musibah itu tidak lebih buruk dari yang telah terjadi, 2) aku memuji-Nya ketika Dia memberikan aku kesabaran menghadapinya, 3) aku memuji-Nya karena membuatku mampu mengucapkan kalimat istirja (Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun) berharap akan pahala yang besar, dan 4) aku memuji-Nya karena Dia tidak menjadikannya sebuah musibah dalam agamaku."
5. Kewajiban menjaga dien (agama). Karenanya kita diperintahkan agar tetap teguh dalam medan jihad dan dilarang keras lari darinya. Sebagaimana diketahui bahwa jihad bisa menyebabkan hilangnya nyawa, walau demikian dia tetap teguh dan tidak lari (kabur). Karena dalam jihad, agamanya akan mulia walaupun dia harus membayar harganya dengan nyawanya. Karena baginya, Islamnya lebih mahal daripada nyawanya.
Karena dalam jihad, agamanya akan mulia walaupun dia harus membayar harganya dengan nyawanya. Karena baginya, Islamnya lebih mahal daripada nyawanya.
6. Memohon agat tidak dijadikan dunia sebagai puncak tujuan hidup sehingga larut dalam kesedihan ketika dunia luput darinya. Sebaliknya memohon kepada Allah agar dijadikan puncak tujuan hidup adalah akhirat sehingga kesedihan hadir tatkala amal akhirat melemah atau maksiat meningkat.
7. Memohon agar jangan sampai ilmu dan pikiran kita habis untuk memikirkan urusan dunia. Tapi mohon agar kita dijadikan orang yang selalu berfikir untuk kebaikan akhirat, bersemangat mendalami ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Allah Ta'ala dan negeri akhirat.
Kita memohon agar jangan sampai ilmu dan pikiran kita habis untuk memikirkan urusan dunia. Tapi mohon agar kita dijadikan orang yang selalu berfikir untuk kebaikan akhirat, . .
8. Memohon agar jangan dijadikan sebagai umat yang dikalahkan dan dikuasai orang-orang kafir dan orang-orang dzalim. Juga memohon agar Allah tidak menjadikan orang-orang dzalim sebagai penguasa atas kita, karena pemimpin yang dzalim tidak akan mengasihi rakyatnya. Wallahu a'lam . . (PurWD/voa-islam.com)
Oleh: Badrul Tamam

Minggu, 24 Oktober 2010

Hania dan Fahma; Siswa SD dan SMP Juara APICTA 2010 di Malaysia

“Aku sayang adikku, Hania, meskipun dia kadang-kadang rewel, terutama saat dia tidak ada kegiatan atau permainan. Dia sekarang sekolah di TK B Cendikia, Bandung. Dia senang memainkan ponsel, terutama punya Ibuku. Sejak di playgroup, dia senang belajar. Aku ditantang Ayahku untuk membuat aplikasi di hape Ibuku, agar adikku bisa bermain sambil belajar. Akhirnya, dibuatlah aplikasi untuk ponsel Ibuku (Nokia E71, sama dengan ponsel Ayahku) “Belajar Huruf, Angka, dan Warna”, lalu “EnglishForKids”, dan “Doa Anak Muslim”. Jadi, aplikasi Flash Lite di ponsel ini adalah untuk anak-anak belajar huruf, angka, warna, bahasa Inggris, dan doa-doa di ponsel.” (Fahma Waluya Rosmansyah – Program Book INAICTA 2010)

Mereka adalah anak dari pasangan Dr. Yusep Rosmansyah (Dosen & Peneliti di ITB) dan Yusi Elsiano (Praktisi Anak) ini berhasil menjuarai APICTA (Asia Pacific ICT Alliance Awards) 2010 pada kategori Secondary Student Project melalui karya siswa SD Cendikia Bandung / SMP Salman AL-Farisi Bandung, Fahma Waluya Rosmansyah (12 tahun) dan adiknya, Hania Pracika Rosmansyah (6 tahun).
Karya mereka merupakan kumpulan program game edukasi sederhana yang dibuat menggunakan Adobe Flash Lite untuk ponsel Nokia E71 dengan judul “My Mom’s Mobile Phone As My Sister’s Tutor” (Ponsel Ibuku Untuk Belajar Adikku), Fahma Waluya & Hania Pracika berhasil mendapat apresiasi tinggi dari tim juri APICTA Internasional 2010 dan memperoleh skor tertinggi sekaligus memboyong piala Juara (Winner) APICTA 2010 pada kategori Secondary Student Project, disusul secara ketat dengan selisih skor tipis oleh empat pemenang Merit Award (Runner-Up) pada kategori yang sama, yaitu SpringGrass karya Chung Hwa Middle School BSB – Brunei, Auto Temperature Descension Device by Solar Power karya Foon Yew High School (Kulai) – Malaysia, SimuLab karya Pamodh Chanuka Yasawardene – Srilangka, Destine Strategy karya Rayongwittayakom School – Thailand
Fahma Waluya (12 tahun) dan adiknya Hania Pracika (6 tahun) mencetak rekor baru untuk peserta termuda yang berhasil meraih Juara (Winner) APICTA selama 10 tahun penyelenggaraan kompetisi APICTA Awards Internasional yang diadakan sejak tahun 2001. Selama ini untuk kategori Secondary Student Project yang diikuti siswa-siswa elementary, middle dan high school, pemenangnya berasal dari siswa-siswa yang lebih senior (middle atau high school).
APICTA (Asia Pacific ICT Alliance Awards) adalah ajang kompetisi internasional yang diselenggarakan secara berkala (tahunan) yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran ICT (Information and Communication Technology) dalam masyarakat dan membantu menjembatani kesenjangan digital.
Ajang ini memberikan kesempatan kepada para inovator dan pengusaha dalam bidang ICT untuk memperkenalkan produk ICT mereka secara luas. Program ini dirancang untuk merangsang inovasi ICT dan kreativitas, meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan, memfasilitasi transfer teknologi dan BMP (Bussiness Matching Program).
APICTA diikuti oleh negara-negara yang merupakan anggota APICTA yang terdiri dari 16 negara antara lain Australia, Brunei, China, Hong Kong, India, Indonesia, Korea, Macau, Malaysia, Myanmar, Pakistan, Philippines, Singapore, Sri Lanka, Thailand and Vietnam.
Keberhasilan tersebut tidak lepas dari kerja keras Tim APICTA Indonesia 2010 / Aspiluki yang yang telah mempersiapkan tim Fahma Waluya Romansyah dan Hania Pracika Romansyah ke ajang APICTA 2010, setelah sebelumnya Fahma dan Hania meraih Juara (Winner) di INAICTA 2010 pada kategori Student Project SD.

Sumber : www.indonesiaberprestasi.web.id

Rabu, 13 Oktober 2010

Gempa 8,9 Skala Richter dan Tsunami Ancam Padang

foto
Ilustrasi Gempa
TEMPO Interaktif, Padang — Tim 9 yang terdiri dari ahli gempa dan ahli tsunami bentukan Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) kembali mengingatkan agar warga Padang, Mentawai, dan pesisir barat Sumatera Barat bersiap menghadapi gempa Megathrust di Pulau Siberut Mentawai dengan kekuatan yang mencapai 8,9 skala Richter dan dapat menimbukan tsunami.

“Kami dari tim sembilan ini rasanya seperti membawa kabar kematian, tetapi hasil kajian ini memang harus disampaikan agar kita bersiap menghadapi bencana,” kata Wahyu Triyoso, pakar gempa yang juga salah satu anggota tim sembilan di Auditorium Kantor Gubernur, Padang, Selasa (12/10).

Hamzah Latif, ahli tsunami memaparkan simulasi tsunami yang bisa melanda Padang dan pesisir sekitarnya jika terjadi megathrust earthquake.

Dalam simulasi terbaru, tsunami bisa menghantam Kota Padang selama 2,5 jam dengan ketinggian 6 meter sejauh 2 kilometer.

“Dengan tsunami seperti itu dan kondisi Kota Padang seperti sekarang, jika tsunami terjadi pada siang hari, kira-kira bisa menimbulkan 150 ribu jiwa, itu yang dihitung manusia bergerak dengan lebar jalan, belum termasuk hambatan lain seperti macet oleh kendaraan, tiang listrik dan bangunan yang roboh,” katanya menerangkan.

Hamzah juga tidak bisa membayangkan jika Kota Padang dihantam tsunami yang akan bisa merusak pelabuhan laut dan udara yang hanya terletak 300 meter dari pantai. Ia membayangkan kota berpenduduk lebih 900 ribu jiwa tersebut akan terisolasi karena jalan darat juga melewati Bukit Barisan.

Ia menyarankan pemerintah pusat dan daerah segera membuat shelter dan jalan evakuasi untuk mengantisipasi ancaman bencana tsunami di Sumatera Barat.

Ahli gempa Danny Hilman Natawijadja dari Laboratorium gempa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang sudah 20 tahun meneliti gempa di Mentawai mengatakan ancaman gempa di bawah Pulau Siberut atau gempa megathrust sudah di depan mata.

"‘Kapan waktunya, sebenarnya masanya sudah lewat, pelepasan itu sudah dimulai pada saat gempa Mentawai 2007 namun ini baru buntutnya, kini tinggal menunggu bapaknya,” kata Danny Hilman.

Ia mengingatkan pentingnya mitigasi. Ia mengatakan kegiatan mitigasi selama ini sangat kurang dan jauh tertinggal. Namun itu bukan hanya di Indonesia, tapi juga di dunia internasional.

“Budayanya yang harus diubah, secara umum di dunia internasional pun belum membudayakan mitigasi, semuanya masih reaktif, setelah terjadi bencana baru datang ramai-ramai melakukan tanggap darurat,” kata Danny.

Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief mengatakan, kurangnya kegiatan penanganan mitigasi bencana alam di sejumlah daerah rawan gempa dan tsunami karena dana mitigasi sangat kurang.

“Ini disebabkan karena Undang-Undang Kebencanaan Tahun 2002 dibuat dalam keadaan darurat saat banyak bencana, jadi yang mengatur tentang mitigasi sangat minim, hanya 2 pasal yang membahas mitigasi,” ujar Andi Arif.

Andi mengatakan bahkan kurangnya dana mitigasi tersebut menyebabkan kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengeluh. Dari Rp 3 triliun dana bencana yang dikelola BNPB hampir tidak ada dianggarkan untuk kegiatan mitigasi. “Sekarang sudah diusulkan agar 10 persen dari dana tersebut dialokasikan untuk kegiatan mitigasi,” kata Andi.

Ia mengatakan sudah memberikan masukan kepada Presiden dan Presiden sudah mulai menyadari betapa pentingnya mitigasi. “Karena hasil kajian Tim 9 yang mengkaji ancaman bencana di Indonesia, antara mitigasi berbasis scientific berbanding terbalik dengan cost, makin banyak penelitian maka persiapannya makin matang,” ujarnya.

Andi mengatakan, sejak tsunami Aceh Desember 2004 hingga 2009 sebanyak Rp 150 triliun dana APBN terserap untuk penanganan bencana. Itu artinya dalam lima tahun lalu setiap tahun Rp30 triliun tersedot untuk penanganan bencana.

“Dengan memprioritaskan mitigasi mungkin tidak sebesar itu dana habis dan korban gempa-tsunami tidak sebanyak itu,” ujarnya.

Andi mengatakan, hasil kajian pihaknya dan Tim 9 yang terdiri dari para ahli gempa-tsunami memetakan enam provinsi dan 13 kabupaten-kota yang potensial bencana. Di antaranya Sumatera Barat (terutama Padang, Mentawai, dan daerah sekitar), Lampung Barat, Selat Sunda, Pangandaran, dan Yogyakarta.

Gubernur Irwan Prayitno berjanji akan segera membuat perda tata ruang yang baru yang mengatur bangunan harus tahan gempa, shelter-shelter, dan jalan-jalan evakuasi.

Sumber : tempointeraktif.com (Febrianti)

Minggu, 10 Oktober 2010

Ebook Seputar Materi TEKNIK DIGITAL

Postingan ini saya buat untuk siswa SMK jurusan ELektronika Industri yang memerlukan informasi dan literatur seputar materi Teknik Digital, berikut di bawah ini adalah daftar link untuk mendownload materi-materi yang berkaitan dengan teknik digital. Jangan lupa sebagai atensi Anda terhadap blog ini saya mengharapkan komentar dan kritik serta saran konstruktif  dari Anda dengan tujuan untuk mengembangakan dan memperbaiki blog yang sederhana ini. Selamat Mendownload.
NB: Mohon maaf jika proses downloadnya tidak begitu secepat yang Anda harapkan karena hal demikian diluar tanggung jawab kami.
  1. Materi Rangkaian Kombinasi [Download]
  2. Kumpulan materi Teknik Digital [Download]
  3. Sinyal Digital dan Sinyal Analog [Download]
  4. Mengenal Teknologi Digital Subscriberline [Download]
  5. Materi Gerbang Dasar Logika [Download]
  6. Materi Sistem Bilangan [Download]
  7. Materi Teknik Minimasi 2 [Download]
  8. Materi Implementasi [Download]
  9. Materi Multiplekser dan Demultiplekser [Download]
  10. Materi Encoder dan Decoder [Download]
  11. Materi Adder [Download]
  12. Materi Rangkaian Penguranag (Subtracter) [Download]
  13. Materi Flip-Flop [Download]
  14. Materi Sistem Operasi [Download]
  15. Ebook Materi Teknik Digital (Spesial eBook) [Download]
  16. Ebook Materi Rangkaian Logika (Spesial eBook) [Download
Materi Praktikum:
  • Semua Materi Praktikum Teknik Digital [Download]