Sabtu, 17 Mei 2025

Komponen Aktif Dan Pasif Dalam Elektronika: Perbedaan Dan Penggunaannya

 Komponen aktif dan pasif elektronika adalah dua jenis komponen penting yang digunakan dalam pembuatan sirkuit elektronik. Keduanya memiliki peran yang berbeda dalam memungkinkan aliran arus listrik dan menghasilkan efek elektronik yang diinginkan. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang perbedaan antara komponen aktif dan pasif elektronika, serta penggunaannya dalam rangkaian elektronik.

Komponen Pasif Elektronika

Komponen pasif elektronika tidak memerlukan sumber daya tambahan untuk melakukan tugasnya. Mereka bekerja sebagai penghambat, penyimpan, atau penghubung sirkuit. Beberapa contoh komponen pasif elektronika yang umum digunakan antara lain:

  1. Resistor: Resistor adalah komponen yang berfungsi untuk mengatur arus listrik dalam sebuah sirkuit. Komponen ini memperkenalkan hambatan dalam sirkuit untuk mengontrol arus listrik yang mengalir.

  2. Kapasitor: Kapasitor adalah komponen pasif elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik. Mereka biasanya digunakan dalam sirkuit filter, dan dalam rangkaian pengatur daya.

  3. Induktor: Induktor adalah komponen pasif elektronika yang memanfaatkan medan magnetik untuk menyimpan energi. Mereka digunakan dalam rangkaian pengatur daya, dan sirkuit frekuensi tinggi.

Komponen Aktif Elektronika

Komponen aktif elektronika memerlukan sumber daya listrik tambahan untuk melaksanakan tugasnya. Komponen ini dapat memperkuat, mengubah atau menghasilkan sinyal elektronik. Beberapa contoh komponen aktif elektronika yang umum digunakan antara lain:

  1. Transistor: Transistor adalah komponen aktif elektronika yang dapat memperkuat atau memotong arus listrik dalam sebuah sirkuit. Mereka digunakan dalam banyak aplikasi elektronik, termasuk penguat audio dan logika digital.

  2. Dioda: Dioda adalah komponen aktif elektronika yang memungkinkan arus listrik mengalir hanya dalam satu arah. Mereka digunakan dalam rangkaian pengatur daya dan deteksi sinyal.

  3. IC (Integrated Circuit): IC adalah kombinasi dari beberapa komponen elektronik ke dalam satu paket. IC dapat melakukan berbagai tugas, termasuk penguat, filter, dan pembangkit sinyal.

Penggunaan Komponen Aktif dan Pasif dalam Rangkaian Elektronik

Kombinasi antara komponen aktif dan pasif dalam sebuah sirkuit memungkinkan pengendalian arus listrik dan penyediaan sinyal elektronik. Dalam rangkaian elektronik, komponen pasif seperti resistor dan kapasitor digunakan untuk mengatur aliran arus dan memperkenalkan hambatan dalam sirkuit. Sementara itu, komponen aktif seperti transistor dan IC digunakan untuk memperkuat sinyal elektronik dan melakukan tugas pengatur daya.


Setelah memahami perbedaan antara komponen aktif dan pasif, maka penting untuk mengetahui contoh dari masing-masing jenis komponen elektronika tersebut.

Beberapa contoh komponen aktif meliputi:

  1. Transistor: Komponen ini digunakan untuk memperkuat atau memperlemah sinyal listrik. Transistor dapat digunakan sebagai switch atau amplifier.

  2. Integrated Circuit (IC): IC adalah rangkaian elektronik yang terdiri dari beberapa komponen aktif dan pasif yang terintegrasi dalam satu chip. IC banyak digunakan dalam perangkat elektronik modern, seperti komputer dan telepon pintar.

  3. Diode: Komponen ini digunakan untuk mengalirkan arus listrik hanya dalam satu arah. Diode dapat digunakan dalam rangkaian penyearah (rectifier) dan stabilisator tegangan.

  4. Optocoupler: Komponen ini digunakan untuk menghubungkan dua rangkaian listrik secara terpisah melalui cahaya. Optocoupler biasanya digunakan untuk mengisolasi rangkaian listrik yang rentan terhadap interferensi elektromagnetik atau ketika terdapat perbedaan tegangan yang signifikan.

Beberapa contoh komponen pasif meliputi:

  1. Resistor: Komponen ini digunakan untuk mengatur arus listrik dan menurunkan tegangan. Resistor sering digunakan dalam rangkaian elektronik sebagai pembatas arus atau pengatur tegangan.

  2. Kapasitor: Komponen ini digunakan untuk menyimpan muatan listrik dan melepaskannya kembali ke dalam rangkaian. Kapasitor sering digunakan dalam rangkaian filter dan sebagai penyimpan energi.

  3. Induktor: Komponen ini digunakan untuk menyimpan energi magnetik dan menghasilkan medan magnetik. Induktor sering digunakan dalam rangkaian filter dan sebagai komponen dalam transformator.

  4. Kristal osilator: Komponen ini digunakan untuk menghasilkan sinyal osilasi yang stabil dan presisi. Kristal osilator sering digunakan dalam rangkaian pemrosesan sinyal digital dan komunikasi nirkabel.

Dalam dunia elektronika, komponen aktif dan pasif memiliki peran yang sangat penting dalam merancang dan membangun rangkaian elektronik. Kedua jenis komponen tersebut saling melengkapi dan dibutuhkan dalam rangkaian elektronik modern. Oleh karena itu, pemahaman yang baik mengenai kedua jenis komponen ini akan sangat membantu untuk mengoptimalkan kinerja dari rangkaian elektronik yang dibuat.

Konsep Kerja Seven Segment

Seven segment display adalah perangkat elektronik yang digunakan untuk menampilkan angka atau bilangan desimal. Mengutip laman binus.ac.id, disebut sebagai seven segment display karena terdapat 7 batang LED (Light Emitting Diode) yang disusun membentuk angka 8.

Ketujuh batang LED akan diberi segmen dengan salah satu pin. Setiap pin LED diberi label a, b, c, d, e, f, dan g yang berfungsi untuk mewakili masing-masing LED. Sedangkan pin LED lainnya dihubungkan bersama dan disambungkan untuk membentuk pin common.

Jadi, dengan bias maju pin yang sesuai dari segmen LED dalam urutan tertentu, beberapa segmen akan menjadi terang. Sedangkan segmen lainnya menjadi gelap untuk menampilkan angka yang diinginkan.

Dengan begitu, seven segment display dapat menampilkan angka dari 1-9. Selain menampilkan angka, LED juga dapat dipakai untuk menampilkan huruf A sampai F yang disebut juga DOT Matriks.

Fungsi Seven Segment Display
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, seven segment display berfungsi untuk menampilkan angka atau huruf alfabet tertentu. Perangkat ini sangat populer dan bisa kamu temukan pada alat-alat elektronik yang ada di rumah.

Berikut sejumlah benda elektronik yang menggunakan perangkat seven segment display:

Kalkulator
Jam Digital
Timer digital
Panel layar yang terdapat di microwave, oven, atau pengatur suhu digital.
Tak hanya itu, seven segment display juga bisa kamu temukan dalam sejumlah pertandingan olahraga, seperti papan skor digital dan papan pergantian pemain digital.

Jenis-jenis Seven Segment Display

Perlu diketahui bahwa seven segment display terbagi ke dalam dua jenis berdasarkan LED-nya. Mengutip buku Petunjuk Praktikum Mikrokontroler Arduino oleh Aryo Nugroho, dkk, berikut penjelasannya:

1. Common Cathode (Katoda)
Dalam tampilan common cathode, semua koneksi katoda dari segmen disambungkan ke logika "0" atau ground. Segmen individu akan menyala dengan penerapan sinyal "HIGH" atau logika "1" melalui resistor pembatas arus untuk meneruskan bias terminal dari Anoda.

2. Common Anode (Anoda)
Dalam tampilan common anoda, semua koneksi anoda dari segmen digabungkan bersama ke logika "1". Segmen individu diterangi dengan menerapkan sinyal ground, logika "0" atau "LOW" melalui resistor pembatas arus yang sesuai ke katoda segmen tertentu.

Seven segment terdiri dari 2 jenis konfigurasi yaitu katoda bersama atau common cathoda (CC) dan anoda bersama atau common anoda (CA) .


Dari gambar diatas teman-teman tentu  sudah dapat langsung bisa membedakannya. Jika common cathoda, dimana sisi katoda pada LED tiap segmennya digabungkan (common) sehingga sering disebut katoda bersama. Sedangkan jika common anoda, pada sisi anoda pada LED tiap segmennya digabungkan sehingga sering disebut katoda bersama.

Antara CC (common cathoda) dan  CA (common anoda) mempunyai perbedaan yang mendasar yaitu cara untuk mengaktifkan/menyalakan tiap segmennya.

Untuk CC agar segmennya dapat menyala harus diberi logika HIGH (misalnya 5V), sedangkan untuk CA agar segmennya dapat menyala harus diberi logila LOW (GND).



Pengertian Aljabar Boolean dan Hukumnya

 Pengertian Aljabar Boolean dan Hukumnya – Aljabar Boolean atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Boolean Algebra adalah matematika yang digunakan untuk menganalisis dan menyederhanakan Gerbang Logika pada Rangkaian-rangkaian Digital Elektronika. Boolean pada dasarnya merupakan Tipe data yang hanya terdiri dari dua nilai yaitu “True” dan “False” atau “Tinggi” dan “Rendah” yang biasanya dilambangkan dengan angka “1” dan “0” pada Gerbang Logika ataupun bahasa pemrograman komputer. Aljabar Boolean ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang Matematikawan yang berasal dari Inggris pada tahun 1854. Nama Boolean sendiri diambil dari nama penemunya yaitu George Boole.

Hukum Aljabar Boolean

Dengan menggunakan Hukum Aljabar Boolean ini, kita dapat mengurangi dan menyederhanakan Ekspresi Boolean yang kompleks sehingga dapat mengurangi jumlah Gerbang Logika yang diperlukan dalam sebuah rangkaian Digital Elektronika.

Dibawah ini terdapat 6 tipe Hukum yang berkaitan dengan Hukum Aljabar Boolean

Hukum Komutatif (Commutative Law)

Hukum Komutatif menyatakan bahwa penukaran urutan variabel atau sinyal Input tidak akan berpengaruh terhadap Output Rangkaian Logika.

Contoh :

Perkalian (Gerbang Logika AND)

X.Y = Y.X

Penjumlahan (Gerbang Logika OR)

X+Y = Y+X

Catatan : Pada penjumlahan dan perkalian, kita dapat menukarkan posisi variabel atau dalam hal ini adalah sinyal Input, hasilnya akan tetap sama atau tidak akan mengubah keluarannya.Hukum Komutatif pada Aljabar Boolean

Hukum Asosiatif (Associative Law)

Hukum Asosiatif menyatakan bahwa urutan operasi logika tidak akan berpengaruh terhadap Output Rangkaian Logika.

Contoh :

Perkalian (Gerbang Logika AND)

W . (X . Y) = (W . X) . Y

Hukum Asosiatif Aljabar Boolean

Penjumlahan (Gerbang Logika OR)

W + (X + Y) = (W + X) + Y

Hukum Asosiatif OR pada Ajabar Boolean

Catatan : Pada penjumlahan dan perkalian, kita dapat mengelompokan posisi variabel dalam hal ini adalah urutan operasi logikanya, hasilnya akan tetap sama atau tidak akan mengubah keluarannya. Tidak peduli yang mana dihitung terlebih dahulu, hasilnya tetap akan sama. Tanda kurung hanya sekedar untuk mempermudah mengingat yang mana akan dihitung terlebih dahulu.

 

Hukum Distributif

Hukum Distributif menyatakan bahwa variabel-variabel atau sinyal Input dapat disebarkan tempatnya atau diubah urutan sinyalnya, perubahan tersebut tidak akan mempengaruhi Output Keluarannya.Hukum Distributif Aljabar Boolean

Hukum AND (AND Law)

Disebut dengan Hukum AND karena pada hukum ini menggunakan Operasi Logika AND atau perkalian. Berikut ini contohnya :Hukum AND Aljabar Boolean

Hukum OR (OR Law)

Hukum OR menggunakn Operasi Logika OR atau Penjumlahan. Berikut ini adalah Contohnya :Hukum OR Aljabar Boolean

Hukum Inversi (Inversion Law)

Hukum Inversi menggunakan Operasi Logika NOT. Hukum Inversi ini menyatakan jika terjadi Inversi ganda (kebalikan 2 kali) maka hasilnya akan kembali ke nilai aslinya.Hukum NOT Aljabar Boolean

Jadi, jika suatu Input (masukan) diinversi (dibalik) maka hasilnya akan berlawanan. Namun jika diinversi sekali lagi, hasilnya akan kembali ke semula.

Sistem Bilangan pada Elektronika Digital

 


 Bilangan adalah objek matematika yang digunakan untuk pengukuran, penghitungan dan pelabelan. Sedangkan yang dimaksud dengan Sistem Bilangan adalah sistem penulisan yang digunakan untuk mengekspresikan bilangan. Sistem Bilangan juga dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan untuk mewakili besaran suatu item fisik. Setiap sistem bilangan menggunakan bilangan dasar atau basis tertentu yang dalam bahasa Inggris biasanya disebut dengan “Base” atau “Radix”. Dalam pengertiannya, Base atau Radix dari sistem bilangan adalah jumlah total digit atau jumlah suku angka yang digunakan dalam suatu sistem bilangan. Contohnya pada sistem bilangan Desimal, Radix dari sistem bilangan Desimal adalah 10, yang artinya adalah memiliki 10 suku angka yakni 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.

 

Dalam dunia Elektronika Digital, Pengetahuan Sistem Bilangan merupakan pengetahuan dasar yang wajib dipelajari, karena semua rangkaian digital yang dirancang ataupun perangkat digital menggunakan konsep sistem bilangan tersebut. Sistem Bilangan dalam elektronika digital digunakan untuk mewakili informasi yang akan diolah ataupun pemrosesan hingga hasil olahannya. Sistem Bilangan yang umumnya digunakan dalam teknik elektronika digital diantaranya adalah Sistem Bilangan Desimal, Biner, Heksadesimal dan Oktal.

 

Sistem Bilangan Desimal (Decimal)

Basis atau Radix dari sistem bilangan Desimal ini adalah 10 yaitu berkisar dari angka 0 hingga 9 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9). Digit atau angka yang terletak di sebelah kiri koma desimal disebut dengan bilangan bulat sedangkan digit atau angka yang terletak di sebelah kanan titik desimal disebut dengan bilangan pecahan. Sistem Bilangan Desimal ini merupakan sistem bilangan yang dipergunakan pada kehidupan kita sehari-hari. Perlu diketahui bahwa Indonesia menggunakan koma untuk menunjukan separator (pemisah) antara bilangan bulat dengan bilangan pecahan sedangkan negara-negara lainnya menggunakan tanda titik sebagai separator pecahannya.

Di sistem bilangan desimal ini, digit atau angka yang berada di posisi berturut-turut disebelah kiri koma desimal memiliki bobot 100, 101, 102, 103, 104 dan seterusnya. Sedangkan digit atau angka yang berada di posisi berturut-turut disebelah kanan koma desimal memiliki bobot 10-1, 10-2, 10-3, 10-4 dan seterusnya. Artinya, setiap posisi digit yang ditempati memiliki bobot masing-masing dengan pangkat bilangan yang berbasis 10.

Contoh :

Kita ambil contoh pada sebuah bilangan Desimal 235,12. Bagian bilangan bulatnya adalah 235 sedangkan bagian bilangan pecahannya adalah 0,12. Digit-digitnya 5, 3, dan 2 masing-masing memiliki bobot 102, 101 dan 100. Demikian juga digit 1 dan 2 dibelakang koma memiliki bobotnya masing-masing yaitu 10-1 dan 10-2.

Secara Matematis, dapat kita tulis sebagai berikut :

235,12 = (2 x 102) + (3 x 101) + (5 + 100) + (1 x 10-1) + (2 x 10-2)

 

Sistem Bilangan Biner (Binary)

Sistem Bilangan Biner atau Binary Numbering System adalah sistem bilangan yang berbasis dua dan merupakan sistem bilangan yang digunakan oleh semua rangkaian elektronika yang bersistem digital. Basis atau Radix dari sistem bilangan Biner ini adalah 2 yaitu angka 0 dan 1 saja. Di sistem bilangan Biner ini, setiap angka atau digit memiliki bobot 20, 21, 22, 23, 24 dan seterusnya.

Contoh :

Sebagai contoh, kita gunakan bilangan Biner 10112. Ini berarti digit-digitnya yaitu 1, 0, 1 dan 1 memiliki bobot masing-masing 23, 22, 21 dan 20 (dihitung dari kanan ke kiri).

Secara Matematis, dapat kita tulis sebagai berikut :

10112 = (1 x 23) + (0 x 22) + (1 + 21) + (1 x 20)

Jika kita konversikan bilangan biner 10112 ke bilangan desimal akan menjadi 11.


Sistem Bilangan Oktal (Octal)

Sistem Bilangan Oktal atau Octal Numbering system adalah sistem bilangan yang berbasis delapan (8). Jadi, angka yang digunakan adalah berkisar diantara 0 hingga 7 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7). Di sistem bilangan Oktal ini, masing-masing angka atau digit memiliki bobot 80, 81, 82, 83, 84 dan seterusnya.

Contoh :

Sebagai contoh, kita gunakan bilangan Oktal 72148. Ini berarti digit-digitnya yaitu 7, 2, 1 dan 4 memiliki bobot masing-masing 83, 82, 81 dan 80.

Secara Matematis, dapat kita tulis sebagai berikut :

72148 = (7 x 83) + (2 x 82) + (1 + 81) + (4 x 80)

Jika kita konversikan bilangan Oktal 72148 bilangan Desimal akan menjadi 3724.

Sistem Bilangan Heksadesimal (Hexadecimal)

Sistem Bilangan Heksadesimal atau Hexadecimal Numbering System adalah sistem bilangan yang berbasis 16. Sistem Bilangan Heksadesimal ini menggunakan angka atau digit 0 hingga 9 dan huruf A sampai F (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F). Huruf A hingga F ekivalen dengan 10 hingga 16. Jadi, pada dasarnya sistem bilangan Heksadesimal ini merupakan gabungan angka dan huruf. Di sistem bilangan Heksadesimal ini, masing-masing angka atau digit memiliki bobot 160, 161, 162, 163, 164 dan seterusnya.

Contoh :

Sebagai contoh, kita gunakan bilangan Oktal 7A1C16. Ini berarti digit-digitnya yaitu 7, A, 1 dan C memiliki bobot masing-masing 163, 162, 161 dan 160.

Secara Matematis, dapat kita tulis sebagai berikut :

7A1C16 = (7 x 163) + (10 x 162) + (1 + 161) + (2 x 160)

Jika kita konversikan bilangan Heksadesimal 7A1C16 ke bilangan Desimal akan menjadi 31260.

 

Konversi Bilangan

 

Konversi bilangan biner, octal atau hexadesimal menjadi bilangan desimal.
Konversi dari bilangan biner, octal atau hexa menjadi bilangan desimal memiliki konsep yang sama.Konsepnya adalah bilangan tersebut dikalikan basis bilangannya yang dipangkatkan 0,1,2 dst dimulai dari kanan. Untuk lebih jelasnya silakan lihat contoh konversi bilangan di bawah ini;

 

1. Konversi bilangan octal ke desimal. 
Cara mengkonversi bilangan octal ke desimal adalah dengan mengalikan satu-satu bilangan dengan 8 (basis octal) pangkat 0 atau 1 atau 2 dst dimulai dari bilangan paling kanan. Kemudian hasilnya dijumlahkan. Misal, 137(octal) = (7x80) + (3x81) + (1x82) = 7+24+64 = 95(desimal). Lihat gambar:


2. Konversi bilangan biner ke desimal.
Cara mengkonversi bilangan biner ke desimal adalah dengan mengalikan satu-satu bilangan dengan 2 (basis biner) pangkat 0 atau 1 atau 2 dst dimulai dari bilangan paling kanan. Kemudian hasilnya dijumlahkan. Misal,11001(biner) = (1x20) + (0x21) + (0x22) + (1x2) + (1x22) = 1+0+0+8+16 = 25(desimal).


3. Konversi bilangan hexadesimal ke desimal.
Cara mengkonversi bilangan biner ke desimal adalah dengan mengalikan satu-satu bilangan dengan 16 (basis hexa) pangkat 0 atau 1 atau 2 dst dimulai dari bilangan paling kanan. Kemudian hasilnya dijumlahkan. Misal,79AF(hexa) = (Fx20) + (9x21) + (Ax22) = 15+144+2560+28672 = 31391(desimal).


Konversi bilangan desimal menjadi bilangan biner, octal atau hexadesimal.
Konversi dari bilangan desimal menjadi biner, octal atau hexadesimal juga memiliki konse yang sama. Konsepnya bilangan desimal harus dibagi dengan basis bilangan tujuan, hasilnya dibulatkan kebawah dan sisa hasil baginya (remainder) disimpan. Ini dilakukan terus menerus hingga hasil bagi < basis bilangan tujuan. Sisa bagi ini kemudian diurutkan dari yang paling akhir hingga yang paling awal dan inilah yang merupakan hasil konversi bilangan tersebut. Untuk lebih jelasnya lihat pada contoh berikut;

1. Konversi bilangan desimal ke biner.
Cara konversi bilangan desimal ke biner adalah dengan membagi bilangan desimal dengan 2 dan menyimpan sisa bagi per seitap pembagian terus hingga hasil baginya < 2. Hasil konversi adalah urutan sisa bagi dari yang paling akhir hingga paling awal. Contoh:

125(desimal) = .... (biner)
125/2 = 62 sisa bagi 1
62/2= 31    sisa bagi 0
31/2=15     sisa bagi 1
15/2=7       sisa bagi 1
7/2=3         sisa bagi 1
3/2=1         sisa bagi 1

hasil konversi: 1111101
Lihat gambar:


2. Konversi bilangan desimal ke octal.
Cara konversi bilangan desimal ke octal adalah dengan membagi bilangan desimal dengan 8 dan menyimpan sisa bagi per seitap pembagian terus hingga hasil baginya < 8. Hasil konversi adalah urutan sisa bagi dari yang paling akhir hingga paling awal. Contoh lihat gambar:


3. Konversi bilangan desimal ke hexadesimal. 
Cara konversi bilangan desimal ke octal adalah dengan membagi bilangan desimal dengan 16 dan menyimpan sisa bagi per seitap pembagian terus hingga hasil baginya < 16. Hasil konversi adalah urutan sisa bagi dari yang paling akhir hingga paling awal. Apabila sisa bagi diatas 9 maka angkanya diubah, untuk nilai 10 angkanya A, nilai 11 angkanya B, nilai 12 angkanya C, nilai 13 angkanya D, nilai 14 angkanya E, nilai 15 angkanya F. Contoh lihat gambar:


 Konversi bilangan octal ke biner dan sebaliknya.


1. Konversi bilangan octal ke biner.
Konversi bilangan octal ke biner caranya dengan memecah bilangan octal tersebut persatuan bilangan kemudian masing-masing diubah kebentuk biner tiga angka. Maksudnya misalkan kita mengkonversi nilai 2 binernya bukan 10 melainkan 010. Setelah itu hasil seluruhnya diurutkan kembali. Contoh:

2. Konversi bilangan biner ke octal.
Konversi bilangan biner ke octal sebaliknya yakni dengan mengelompokkan angka biner menjadi tiga-tiga dimulai dari sebelah kanan kemudian masing-masing kelompok dikonversikan kedalam angka desimal dan hasilnya diurutkan. Contoh lihat gambar:


Konversi bilangan hexadesimal ke biner dan sebaliknya.

 

1. Konversi bilangan hexadesimal ke biner.
Sama dengan cara konversi bilanga octal ke biner, bedanya kalau bilangan octal binernya harus 3 buah, bilangan desimal binernya 4 buah. Misal kita konversi 2 hexa menjadi biner hasilnya bukan 10 melainkan 0010. Contoh lihat gambar:

2. Konversi bilangan biner ke hexadesimal.
Teknik yang sama pada konversi biner ke octal. Hanya saja pengelompokan binernya bukan tiga-tiga sebagaimana pada bilangan octal melainkan harus empat-empat. Contoh lihat gambar:

Konversi bilangan hexadesimal ke octal dan sebaliknya

1. Konversi bilangan octal ke hexadesimal.
Teknik mengonversi bilangan octal ke hexa desimal adalah dengan mengubah bilangan octal menjadi biner kemudian mengubah binernya menjadi hexa. Ringkasnya octal->biner->hexa lihat contoh,

2. Konversi bilangan hexadesimal ke octal.Begitu juga dengan konversi hexa desimal ke octal yakni dengan mengubah bilangan hexa ke biner kemudian diubah menjadi bilangan octal. Ringkasnya hexa->biner->octal. Lihat contoh;


Diantara fungsi konversi bilangan diantaranya adalah untuk menghitung maksimum usable host pada blok IP address